Menjaga, Merawat dan Membersihkan Ideologi Muhammadiyah

Di tengah banyaknya pandangan keislaman, keagamaan, dan kebangsaan yang saat ini dihadapi, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir mengajak kepada seluruh warga Muhammadiyah untuk melakukan penyegaran dan merawat ideologi Muhammadiyah.
Haedar pada (26/12) di acara Kajian Virtual “Merawat Ideologi Gerakan” yang diadakan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Lampung mengumpamakan, bahwa merawat ideologi itu seperti merawat tanaman. Meski berasal dari jenis unggul, tapi jika tanaman tidak dirawat dengan baik besar kemungkinan akan mati.
Adapun jika tanaman itu tumbuh, akan ada banyak benalu dan pertumbuhannya tidak subur dan menggembirakan. Sehingga tanaman harus dirawat, disiram, dibersihkan dari benalu, dan lain sebagainya.
Keadaan itu besar kemungkinan akan terjadi pada ideologi yang tidak jaga, meski ideologi tersebut yang terbaik. Guru Besar Sosiologi ini mengajak berkaca pada runtuhnya Uni Soviet, yang di masa awal dikenal sebagai Negara adidaya namun kini orang hanya kenal namanya, dan teritorialnya terbagi menjadi 15 negara.
Oleh karena itu Haedar mengajak supaya warga Muhammadiyah untuk senantiasa menyegarkan ideologi Muhammadiyah dan membersihkannya dari benalu, sebab di internal warga Muhammadiyah ditemukan beberapa yang meski di Muhammadiyah, tapi paham yang dianut tidak sesuai dengan Muhammadiyah.
“Ada di dalam Muhammadiyah, tetapi tidak paham Muhammadiyah. Bahkan boleh jadi ada yang sudah jadi pimpinan lama, tapi tidak paham betul apa sesungguhnya esensi, hakikat, dan hal-hal mendasar dari ideologi itu,” tuturnya.
Bahkan, imbuh Haedar, fisiknya berada di Muhammadiyah tapi jiwa dan pikiran, termasuk orientasi tindakannya itu tidak Muhammadiyah. Bisa jadi orang tersebut masuk ke Muhammadiyah penuh dengan kepentingan-kepentingan tertentu.
Ia menegaskan bahwa, bagi pekerja di Amal Usaha Muhammadiyah tidak boleh hanya sekedar bekerja, tapi juga harus mau belajar tentang Muhammadiyah. Padahal menurutnya, ketika berbicara tentang Muhammadiyah dan paham Muhammadiyah sebagai identitas itu ada karakter yang khas atau dalam istilah lain distingtif identity.
“Identitas dan ciri yang khas dari Muhammadiyah yang bisa dibedakan dari yang lain, biarpun sama-sama gerakan Islam,” imbuhnya.
Identitas khas ini menurut Haedar tidak kemudian menjadikan Muhammadiyah menjadi eksklusif, sebab di masing-masing organisasi Islam pasti ditemukan perbedaan, dan perbedaan tersebut yang menjadi identitas maupun karakter khas. Oleh karena itu, selain belajar tentang keislaman penting juga untuk mendalami tentang kemuhammadiyahan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous post Nyai Siti Walidah Role Model Perempuan Pejuang Kader ‘Aisyiyah
Next post Satu-satunya Universitas Dengan Prodi Zakat dan Wakaf di Indonesia, UMJ Teken MoU Bersama Baznas